metrokendari

Berita Terkini Sulawesi Tenggara

Kamis, 12 Desember 2024

Usai Hina Penjual Es Teh, PBNU Bongkar Asal-Usul Gelar Gus Miftah

Redaksi Imam Arifin Imam Arifin
Usai Hina Penjual Es Teh, PBNU Bongkar Asal-Usul Gelar Gus Miftah

METROKENDARI.COM – Sosok Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah kini menjadi sorotan publik usai pernyataannya yang dianggap menghina penjual es teh, Sunhaji, saat pengajian di Magelang.

Insiden ini terjadi pada 20 November 2024, ketika Gus Miftah bertanya kepada Sunhaji tentang dagangannya yang masih banyak dan melontarkan komentar yang dinilai merendahkan. Hal ini juga memicu gelak tawa dari jemaah di sekitarnya.

Kontroversi ini semakin memanas ketika banyak warganet menyebarkan informasi bahwa Miftah bukanlah keturunan kiai atau gus yang sah, melainkan mantan marbot masjid dari Lampung.

Mereka juga mengklaim bahwa Miftah tidak lulus dari UIN Sunan Kalijaga. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa ia menyalahgunakan gelar gus untuk kepentingan pribadi.

Ketua PBNU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi menepis informasi yang banyak berseliweran di media sosial itu.

Ia menegaskan, Miftah merupakan keturunan Syaikh Hasan Besari atau Kiai Ageng Hasan Besari, ulama dari Ponorogo. Gus Fahrur menyebut, Miftah layak menyandang gelar gus.

“Dia keturunan ulama besar, Syaikh Hasan Besari Ponorogo,” kata Gus Fahrur.

Tak hanya itu, Miftah juga mempunyai pondok pesantren bernama Ora Aji yang berada di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

“Dia juga mengelola pesantren di Yogjakarta, saya kenal dan pernah ke pesantrennya,” jelas Gus Fahrur.

Sementara itu, soal olok-oloknya pada penjual es teh, PBNU menilai, Gus Miftah sedang bercanda namun kepleset lidah.

“Ya, saya kira dia hanya bermaksud bercanda untuk menghidupkan suasana tapi kepleset lidah,” kata Gus Fahrur.

Gus Fahrur juga menyoroti potongan video yang beredar di media sosial. Hal ini yang kemudian membuat ucapan Gus Miftah semakin jadi salah arti.

“Dan dipotong konteksnya oleh YouTuber, sehingga disalah fahami masyarakat karena tidak utuh,” terang pengasuh Ponpes An Nur 1 Bululawang, Malang itu.

Lantaran hal itu, pria yang juga Ketua Ikatan Gus-Gus Indonesia (IGGI) itu meminta masyarakat agar tidak semakin terprovokasi. Ia lantas mengajak untuk mengambil hikmah dari insiden tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Dilarang Keras Copy Paste!