Partisipasi Politik Gender dan Kebangkitan Demokrasi di Indonesia; Menelisik Existensi Perempuan di DPRD Buton Tengah
Metrokendari.id – Dalam catatan Julia Suryakusuma bahwa perempuan adalah sebagai tolak ukur zaman yang kemudian menyitir tulisan Charles Fourier yang mengatakan bahwa perubahan dalam suatu zaman selalu dapat diukur dari kemajuan yang telah dicapai perempuan, karena didalam hubungan laki-laki dan perempuan, yang lemah dengan yang kuat, kemenangan atas alam manusia diatas yang biadab, itulah ukuran yang paling nyata. Derajat emansipasi perempuan merupakan ukuran paling wajar emansipasi masyarakat secara keseluruhan.
Sepanjang sejarah, seperti yang dikatakan Fourier, kondisi perempuan di Indonesia mencerminkan zamannya, bangkitnya berbagai organisasi perempuan di zaman perang kemerdekaan seusai dengan awal kebangkitan nasioanal dan Gerakan perempuan pun dikerahkan untuk mendukung Gerakan nasioanalis. Tren kedinamisan perempuan ini berlanjut hingga ke zaman kemerdekaan (1945-1950) maupun diera demokrasi.
Awal kebangkitan peran perempuan di Indonesia ditandai dengan momen reformasi pada tanggal 23 Februari 1998 dimana sekelompok perempuan aktivis, intelektual, ibu-ibu, perempuan biasa melakaukan aksi jalan pada hari yang ditetapkan sebagai siaga 1, saat sidang parlemen khusus sedang berlangsung yaitu melanggar larangan berdemonstrasi. Jadi jelas para perempuan itu mengambil resiko besar. Mereka tidak dimotivasi idealisme luhur atau ideologi abstrak. Mereka hanya resah menyaksikan meroketnya harga susu yang naik empat ratus persen dan semakin tak terjangkaunya barang kebutuhan barang pokok lainya, termasuk Pendidikan yang menjadi pusat perhatian ibu-ibu pada umumnya.


Tinggalkan Balasan