Segera warga membuat tandu untuk membawa ibu hamil itu menyusuri jalan setapak menuju jalan utama terdekat.
Hal itu terpaksa dilakukan lantaran perkampungan itu tidak bisa diakses oleh mobil. Adapun jalan terdekat yang bisa diakses mobil, kondisinya rusak parah, sehingga warga memilih jalan terdekat dengan berjalan kaki menandu ibu hamil itu menyusuri perbukitan.
“Jujur kalau jalan besar yang bisa diakses mobil, tapi aksesnya memutar dengan kondisi jalan yang rusak parah. Mau jalan desa ataupun kabupaten. Malah yang terdekat berjalan kaki sejauh 5 kilometer dan keluar di Jalan Lingkar Selatan, kemudian naik mobil ke puskesmas,” kata dia.
“Kalau lewat jalan yang memutar itu bisa sampai 3 jam ke puskesmas, dengan kondisi jalan rusak yang malah membuat ibu hamil ini semakin parah kondisinya. Makanya terpaksa ditandu ke jalan provinsi,” tambahnya.
Baca Juga
Tetapi, di tengah perjalan Ariska mengalami kontraksi dan melahirkan dengan dibantu bidan yang mendampingi selama perjalanan.
“Iya bidannya memang ikut jalan kaki, dampingi selama perjalanan. Jadinya bayi bisa lahir dengan selamat dan ibunya juga selamat. Sekarang ibu dan bayi di rumah, dengan terus dipantau oleh bidannya,” kata dia.
Heri menyebut kejadian ibu hamil ditandu bukan yang pertama kalinya. Bahkan warga yang sakit pun kerap kali ditandu untuk bisa dibawa ke puskesmas.
“Kalau sakitnya tidak terlalu parah biasanya dibawa menggunakan sepeda motor. Kalau sudah sampai tidak bisa bangun sama sekali terpaksa ditandu. Mau bagaimana lagi, kondisi jalan ke desa kami rusak parah. Jembatan gantung juga rusak karena banjir dan belum ditangani sampai dengan sekarang. Kami harap ada perhatian dari pemerintah kabupaten hingga pusat terkait infrastruktur di desa kami yang merupakan desa paling pelosok di Cianjur,” pungkasnya.