Sel darah merah hanya salah satu kemungkinan, dan itu pun seharusnya akan hancur dengan cepat oleh air hujan.
Pemerintah setempat kemudian menugaskan sebuah penelitian untuk menyelidiki hal ini. Setelah analisis intensif di dua laboratorium di Inggris, astronom Chandra Wickramasinghe yang mempelajari sel dengan ahli mikrobiologi di University of Cardiff mengatakan bahwa ia menemukan tanda-tanda keberadaan sel biologis, mengonfirmasi temuan Louis.
“Seiring berjalannya penelitian, saya semakin yakin bahwa ini adalah sel biologis yang tidak biasa. Sel-sel ‘hujan darah’ tahun 2001 berkembang biak di bawah panas yang ekstrem dan ternyata tidak mengandung DNA,” sebutnya.
Baca Juga
Hasil studi mereka menemukan bahwa alih-alih debu gurun atau ledakan meteor, hujan berwarna diakibatkan oleh spora udara dari genus trentepohlia.
Ini adalah sejenis ganggang hijau yang berkembang biak di daerah tersebut. Spesies persisnya kemudian dinamai oleh tim peneliti Internasional sebagai Trentepohlia annulata.
Diketahui bahwa spora dari ganggang udara yang berkembang biak secara lokal telah mewarnai hujan. Partikel merah tersuspensi dalam air hujan, membuat tetesan air hujan berwarna merah darah.