Tragedi Santa Cruz, Sejarah Kekejaman 12 November 1991 di Timor Leste
Program In Cold Blood: The Massacre of East Timor mendapat anugerah Amnesty International UK Media Awards pada tahun 1992.
Pemerintah Indonesia mengklaim insiden ini reaksi spontan atas kekerasan oleh pengunjuk rasa atau “kesalahpahaman” semata.Sejumlah pihak membantahnya dengan dua alasan utama: tentara Indonesia berkali-kali terbukti melakukan kekerasan massal di berbagai tempat seperti Quelicai, Lacluta, dan Kraras, lalu politikus dan perwira Indonesia selalu mengeluarkan pernyataan yang membenarkan tindak kekerasan ABRI.
Dua hari setelah peristiwa ini, Try Sutrisno, Panglima ABRI, mengatakan, “Tentara tidak bisa diremehkan. Pada akhirnya kami harus menembak mereka. Perusuh seperti ini harus ditembak, dan mereka pasti kami tembak.”
Buntut Pasca Pembantaian
Aktivis di seluruh dunia menyatakan sikap solidaritasnya dengan rakyat Timor Timur. Meski beberapa orang dan organisasi sudah memperjuangkan HAM dan penentuan nasib sendiri sejak awal pendudukan Timor Timur, aktivitas mereka mulai intens usai pembantaian 1991.


Tinggalkan Balasan