News

Sempat Dikaitkan dengan Megathrust, Begini Penjelasan BMKG Yogyakarta Soal Gempa Gunungkidul

×

Sempat Dikaitkan dengan Megathrust, Begini Penjelasan BMKG Yogyakarta Soal Gempa Gunungkidul

Sebarkan artikel ini
Gempa Gunungkidul
Sempat Dikaitkan dengan Megathrust, Begini Penjelasan BMKG Yogyakarta Soal Gempa Gunungkidul

Penyebab terjadi gempa tektonik adalah tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia. Tercatat dengan skala kekuatan 4 Modified Mercalli Intensity (MMI) dan terasa hingga sebagian besar Jawa Tengah. Efek yang ditimbulkan layaknya truk besar melintas dan menabrak tembok.

“Jadi Gempa Gunungkidul 2024 ini pada dasarnya adalah gempa berkekuatan menengah yang terjadi di zona megathrust, tepatnya zona megathrust Sunda segmen Jawa Tengah-Timur. Namun, magnitudo gempanya masih jauh lebih kecil dibanding potensi yang terpendam di sini,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (28/8/2024).

Dia lalu memaparkan zona gempa dengan peta sebaran penduduk. Berdasarkan lokasi gempa dan efek, getaran gempa bisa dirasakan oleh 49 juta jiwa. Namun, hanya sebanyak 28 juta jiwa yang merasakan getaran gempa bumi skala 4 MMI.

Kondisi inilah yang membuat potensi kerusakan pascagempa terjadi. Terutama jika struktur bangunan tidak tahan gempa. Sehingga berpotensi rusak ringan hingga berat tergantung kualitas bangunan dan kekuatan gempa bumi.

“Peta USGS menunjukkan getaran yang diakibatkan gempa ini dirasakan oleh 49 juta jiwa dan separuhnya atau 28 juta merasakan getaran 4 MMI. Gempa Gunungkidul 2024 ini kembali membangkitkan kesadaran bahwa zona megathrust Sunda segmen Jawa Tengah-Timur itu memang ada tapi juga bisa diantisipasi dengan mitigasi yang optimal,” katanya.

Awal mula Megathrust ramai dibahas usai gempa Nankai yang terjadi di Jepang. Gempa bermagnitudo 7,1 pada Kamis (8/8) itu bersumber dari megathrust Nankai di timur lepas pantai Pulau Kyushu, Shikoku, dan Kinki, di Jepang Selatan.

Wilayah Jepang yang rawan akan gempa membuat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkaca pada wilayah Indonesia. Di Indonesia sendiri, terdapat dua megathrust yang menjadi sorotan, yaitu megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

BMKG menyatakan potensi gempa besar di dua zona megathrust itu sudah dibahas sejak sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh 2004. Kendati demikian, istilah ‘tinggal tunggu waktu’ bukan berarti gempa akan segera terjadi.

“Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

error: Dilarang Keras Copy Paste!