“Upaya lain yang juga dilakukan perusahaan, yakni membuat sumur bor dan tandon penampungan air bersama masyarakat. Air dari sumur bor ini kemudian dialirkan ke pipa-pipa yang juga selama ini dipakai masyarakat sebagai alternatif pengganti suplai air bersih ke rumah-rumah seluruh warga”, terang Marlion lagi.
Baca Juga : PT GKP Komitmen Penuh Implementasi Green Mining di Pulau Wawonii
Selain ketiga hal tersebut di atas, upaya pencarian sumber air bersih juga masih terus dilakukan. Berbagai kegiatan pemulihan air bersih ini melibatkan pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Tim dari perusahaan bersama masyarakat, melakukan pencarian ke berbagai sumber air yang bisa dijadikan alternatif untk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
“Kita harus bergerak bersama. Dari perusahaan, pemerintah desa, dan juga masyarakat. Kami
memberikan informasi kepada perusahaan terkait beberapa sumber air yang bisa digunakan. Kemudian bersama-sama melakukan survey,” demikian disampaikan Aswan, warga Sukarela Jaya, usai melakukan perjalanan selama 5 jam untuk mensurvey sumber air alternatif.
Berbagai upaya pemulihan air bersih ini juga dapat dilihat sebagai langkah antisipasi dan alternatif untuk semua pihak, termasuk PT GKP yang juga telah menjadi bagian dari komunitas masyarakat di Pulau Wawonii, jika kondisi curah hujan tinggi ini terjadi kembali di masa mendatang.
Warga secara aktif memberikan informasi beberapa sumber air yang masih bisa digunakan sebagai alternatif. Dari informasi tersebut, kemudian bersama tim melakukan peninjauan. Dari beberapa lokasi yang disampaikan, ada yang hanya ditempuh paling lama 1 jam dengan medan yang datar, tetapi ada pula yang harus ditempuh berjam-jam dengan medan yang tidak mudah dilewati.
“Memang masalah air ini adalah masalah yang sangat vital, sehingga kita perlu melakukan antisipasi dan mencari jalan alternatif agar kebutuhan air bersih warga tidak kekurangan,” demikian disampaikan Samaga, Kepala Desa Sukarela Jaya yang turut ikut dalam berbagai upaya pemulihan air bersih.
Baca Juga
Lebih lanjut Samaga menjelaskan, dengan berbagai upaya yang dilakukan bersama perusahaan, kebutuhan air bersih masyarakat sudah bisa terpenuhi. Dia juga menghimbau semua pihak untuk tetap tenang dan bijak menanggapi berbagai informasi yang beredar di luar sana. Kondisi aktivitas di desa tetap berjalan normal.
Kondisi air konsumsi dan air sungai di Wawonii Tenggara perlahan sudah mulai membaik. Namun, proses perbaikan dan mitigasi masih terus berjalan hingga sekarang. Apalagi, musim hujan di Pulau Wawonii, terbilang cukup panjang. Biasanya, musim hujan mulai datang sejak bulan Mei sampai akhir Agustus. Karenanya, upaya mitigasi, belum berhenti dan terus dilakukan.
Penegasan serupa juga disampaikan oleh Camat Wawonii Tenggara, Iskandar, S.Pd.
“Itu tidak benar, tidak terjadi (pencemaran). Saya selalu memantau di seluruh wilayah Wawonii Tenggara di mana tambang itu ada, air itu tidak berubah. Jika pencemaran itu terjadi, pasti saya sendiri yang langsung mengkritisi pihak perusahaan karena konsumsi masyarakat di sini sepenuhnya berasal dari sungai-sungai kecil dan besar,” Ujar Iskandar.
Lebih jauh dia menegaskan, saat musim hujan datang, wajar jika air keruh karena tercampur dengan aliran air dari permukaan tanah. Sebelum ada tambang pun sudah seperti itu. Namun, ketika hujan sudah reda, sungai akan kembali jernih. Sehingga lanjut dia, rumor terkait adanya pencemaran lingkungan, sama sekali tidak terjadi.
Apresiasi terhadap langkah cepat PT GKP dalam menangani persoalan air bersih yang dialami warga dua desa di Roko-Roko Raya ini juga disampaikan Wakil Bupati Konawe Kepulauan, Andi Muhammad Luthfi. Menurut dia, hal ini membuktikan tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat.
“Kita mengapresiasi atas apa yang dilakukan perusahaan. Menangani persoalan yang sedang dihadapi, sekaligus juga melakukan antisipasi dan mitigasi untuk jangka panjang,” demikian ujar Wakil Bupati.
BANTAH TUDUHAN PENYEROBOTAN LAHAN DAN KRIMINALISASI...