Otomotif

Pertamina Jawab Tantangan Trend BBM Ekonomis di Tengah Ekspansi Otomotif

×

Pertamina Jawab Tantangan Trend BBM Ekonomis di Tengah Ekspansi Otomotif

Sebarkan artikel ini
Pertamina
Bagian kerusakan mesin akibat salah pilih jenis BBM (Foto. Istimewa)

Arief menjelaskan penggunaan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah rupanya bisa membuat kendaraan kita lebih boros.

”Dalam 1 liter yang sama dan kondisi rute luar kota pada perjalanan bebas hambatan, penggunaan Premium (Oktan 88) hanya mampu menjangkau 15 km per liter, sedangkan Pertamax (Oktan 92) bisa 20 km per liter untuk mesin kendaraan 1.500 cc. Ini akibat pembakaran dalam mesin lebih sempurna,” ujar Arief.

Arief pun menjelaskan ada titik atas dalam ruang pembakaran bahan bakar. Piston seharusnya sisa 10,3 derajat dari titik atas, yaitu hampir mendekati titik atas, bahan bakar baru boleh meledak. Itulah kondisi ideal agar saat piston bergerak ke bawah dapat menghasilkan tenaga untuk kendaraan.

“Kalau pakai bahan bakar oktan rendah (Premium) karena meledak duluan, piston baru bergerak belum sampai titik atasnya, sudah disuruh mundur. Itulah yang membuat kenapa kita pakai bensin boros,” terang Arief.

Hal itu dikarenakan bahan bakar belum waktunya terbakar, akan tetapi kenyataannya penggunaan BBM Oktan Rendah belum sampai ke atas, pistonnya sudah terbakar. Hal itu membuat tenaga maksimal dan irit tidak bisa dicapai.

Sejatinya sifat bakar bakar yang oktannya tinggi dalam hal ini Pertamax, itu sesuai timing dengan mesin sehingga performa mesin dan keiritan bahan bakar dapat dicapai.

Arief menjelaskan dengan bersemangat karena ia dan rekan-rekan mekanik lainnya sering menangani mesin yang mengalami penumpukan kerat karbon akibat kesalahan dalam memilih bahan bakar.

“Kami sering menangani busi yang hitam dan kerak pada mesin akibat salah penggunaan bahan bakar,” katanya.

Ia menambahkan kalau hasil pembakarannya hitam itu menunjukkan penggunaan bahan bakar yang boros.

“Kalau piston sudah hitam sekali berarti oktannya tidak sesuai karena meledak duluan, dia terbakar duluan jadinya menimbulkan kerak-kerak hitam,” tambahnya.

Arief mengungkapkan bahkan ada beberapa kejadian karena salah satu faktornya adalah kesalahan penggunaan BBM yang tidak sesuai spesifikasi kendaraan menyebabkan kendaraan turun mesin sebelum waktunya.

“Kalau sudah turun mesin, kira-kira taksiran biayanya untuk enggantian sparepart yang orisinil di bengkel resmi apabila tidak parah bisa merogoh kocek sampai 15 juta . Kalau kondisinya parah, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 30 juta,” tambahnya.

error: Dilarang Keras Copy Paste!