“pengalaman saya menangani pemberangkatan jemaah umrah di Arab Saudi sekitar 23 tahun. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga sejumlah negara – negara lain seperti Malaysia, Amerika, Norwegia dan lain- lain,”beber dia.
Kata Miski, pada tahun 2019 sebanyak 180 ribu yang diberangkat mengikuti ibadah umrah di Arab Saudi. Namun karena covid -19, akhirnya jadwal pemberangkatan dihentikan sementara. Dan ketika umrah mulai dibuka kembali, pihaknya langsung memberangkatkan sekitar 7 ribu jamaah.
“Meskipun masih situasi pandemi dan karantina di Indonesia 7 hari, di Saudi Arabia 3 hari. Tetapi, antusias masyarakat masih sangat tinggi,”ungkap Miski.
Menurutnya, hal yang membedakan pemberangkatan saat pandemi dan sebelum, hanya terdapat dalam proses karantina saja. Pasalnya, jemaah yang mau ke Saudi harus dikarantina dulu disini (Sultra). Jika hasil rapidnya negatif maka bisa melanjutkan pemberangkatan.
“Di Arab Saudi kita karantina tiga hari atau 72 jam. Dikasih PCR hanya sekali, kalau negatif maka dapat melanjutkan ibadah umrah. Kalau positif tetap dikarantina selama 14 hari. Meski begitu jamaah yang dikarantina tetap mendapat kesempatan untuk ibadah tergantung situasi dan kondisi,” tuturnya.
Baca Juga
Disisi lain, ketika ada yang masuk Arab Saudi lalu hasil PCRnya positif, maka ada jaminan asuransi mulai dari biaya hotel, biaya selama perjalanan, tiket pulangnya, biaya rumah sakit, semua menggunakan asuransi tersebut.
“Fasilitas yang disediakan berkat kerja sama dengan PT. Gamal Hikmah lebih fokus pada hotel bintang empat dan lima. Begitupun dengan tumpangan kendaraan yaitu mercedes buatan Jerman,”tegas dia.
Kemudian jamaah dari Indonesia tiba di Bandara Saudi Arabia langsung dijemput tim profesional yang sudah disiapkan. jemaah dijemput, diantar ke bus, ke hotel dan seterusnya.
“Nominal biaya yang disediakan jemaah umroh terbilang terjangkau yakni sekitar Rp 30-35 juta. Sebenarnya harga paket hanya Rp 20-25 tapi karena ada karantina maka harga naik,” pungkasnya.
