METROKENDARI.ID – Di balik eksekusi lahan sengketa di kawasan Stadion Lakidende, Kota Kendari, mengharuskan seorang ibu bernama Wa Ode Imaraboaka (53) segera menyingkir dari dalam gedung stadion.
Dikarenakan, stadion tempatnya tinggal selama ini masuk dalam lahan sengketa antara pihak ahli waris tanah dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra), sehingga secepatnya harus dikosongkan.
Berdasarkan putusan MA pada 2019 lalu menegaskan ahli waris Moh Dachri Pawakkang menjadi pemilik hak atas tanah seluas lebih kurang 9000 meter persegi tersebut.
Di tengah pelaksanaan eksekusi sita lahan oleh Pengadilan Negeri (PN) Kendari, Selasa (7/2/2023), perempuan lima anak itu turut diminta agar tidak lagi menempati tempat yang sudah lama didiaminya. Akhirnya, dengan terpaksa ia mengemas semua barang-barangnya, tetapi bingung kemana ia hendak pergi.
Kata Imaraboka, dirinya tidak mempunyai tempat lain selain gedung Stadion Lakidende. Di situ ia telah tinggal sejak 2001 silam. Di mana kala itu dia baru saja pindah dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Ada keluargaku di kota hanya saya tidak mau bergantung dengan keluarga. Saya malu. Karena saya juga ada anakku. Jadi kalau bisa saya masih diizinkan sementara tinggal di sini sambil cari tempat baru,” tuturnya sambil menyeka air matanya.
Baca Juga
Baca Juga :BREAKING NEWS: Stadion Lakidende Kendari Dieksekusi Usai Kalah Gugatan
Imaraboka sendiri mempunyai lima orang anak. Tiga di antaranya tinggal menetap di luar Sultra. Satu orang anaknya tinggal bersama keluarga di Kabupaten Kolaka. Sementara satu orang lainnya tinggal dengannya di Stadion Lakidende.
Perempuan paruh baya itu pun bercerita bagaimana kisah awal hingga ia menghuni gedung Stadion Lakidende. Katanya, dulu dia tinggal bersama suaminya di Pinrang, Sulsel. Namun, seiring berjalannya waktu hubungan dengan suaminya menjadi memburuk.
Keadaan itu membuatnya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Sultra, dan memilih tinggal di Kota Kendari. Imaraboka mengaku telah lama meninggalkan tanah kelahirannya, sejak ia masih berusia delapan tahun.
Awalnya sampai ia tinggal di gedung stadion bermula saat datang menonton atraksi tong setan yang digelar di tempat itu. Di hari yang sama dia bertemu seorang penjaga stadion dan meminta izin untuk tinggal. Tidak ada pilihan lain, sebab ia sama sekali tidak tahu di mana keluarganya berada.
Permintaannya diterima. Dia diperbolehkan tinggal. Dengan senang hati...