“Hal itu terjadi saat saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) ada di Rp4.000 per saham. Banyak yang waktu itu takut membelinya karena khawatir akan lanjut turun lebih dalam, tapi saat saham BBRI mulai menanjak ke Rp4.500-an, baru mulai beli. Padahal, posisi beli di Rp4.000 itu adalah posisi yang bagus,” tambahnya.
Sejak Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di pekan ketiga Juni 2024, tren pasar saham Indonesia mulai pulih. Dalam sebulan hingga 9 Juli 2024, IHSG sudah naik 8 persen dan kembali ke level sebelum penurunan tajam sejak pertengahan Mei 2024.
Hal ini disebabkan oleh data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal I/2024 melambat menjadi 1,3% dibandingkan dengan 2,2% pada kuartal I/2023. Ditambah, inflasi AS pada Mei 2024 juga mencatatkan penurunan menjadi 3,3% di bawah ekspektasi pasar yang prediksi di 3,4%. Angka ini menjadi acuan peluang penurunan suku bunga The Fed di September 2024 sangat terbuka.
Baca Juga
Setelah suku bunga The Fed diturunkan, hal itu berpotensi diikuti oleh penurunan suku bunga di bank sentral negara lainnya, termasuk Indonesia.Dengan begitu, kondisi likuiditas di pasar akan kembali meningkat sehingga pasar saham berpotensi berbalik arah dari fase sideways cenderung bearish menjadi bullish.
Dengan kondisi itu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh investor saham di Indonesia? untuk menjawab itu, Mikirduit akan mengadakan Market Outlook H2/2024 bertajuk, Mencari Peluang Cuan dari Saham Murah Jelang Penurunan Suku Bunga yang diadakan secara online pada Sabtu, 20 Juli 2024 pukul 13:00 WIB sampai selesai.
Untuk investor saham yang ingin bergabung ke event ini, bisa bergabung ke member Mikirdividen denganklik link di siniuntuk bisa bergabung dan berdiskusi dengan ratusan investor dan mendapatkan insight khas Mikirduit.