Advetorial

Melirik Potensi Investasi Sektor Perikanan yang Menjanjikan di Sulawesi Tenggara

×

Melirik Potensi Investasi Sektor Perikanan yang Menjanjikan di Sulawesi Tenggara

Sebarkan artikel ini
Investasi Perikanan
Hasil perikanan Sultra

METROKENDARI.ID – Sulawesi Tenggara (Sultra), merupakan salah satu wilayah penghasil ikan terbesar yang ada di Indonesia.

Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) di perairan Sultra kurang lebih 542.000 ton per tahun. Dari angka tersebut, jumlah yang baru dapat dimanfaatkan sebesar 210.380 ton per tahun atau 38,76 persen. Angka ini didapat dari berbagai jenis ikan bernilai ekonomis tinggi.

Umumnya pemanfaatan potensi ini dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan alat pancing dan jaring insang.

Dengan pemanfaatan potensi perikanan yang baru mencapai 38,76 persen ini, Kepala DPM PTSP Sultra, Parinringi mengatakan, hal tersebut menjadi peluang bagi para investor untuk melakukan investasi. Diharapkan dengan masuknya investasi dapat meningkatkan produksi perikanan di wilayah Sultra.

“Peluang investasi penangkapan di laut dalam atau lepas pantai antara lain alat tangkap purse seine dan rumpon laut dalam,” terang Kepala DPM PTSP Sultra, Parinringi.

Investasi Perikanan
Hasilproduksi perikanan Sultra

Jenis Hasil Laut di Wilayah Perairan Sultra

Parinring merinci, sejumlah hasil laut di seluruh wilayah perairan Sultra di antaranya udang, ikan tuna, ikan cakalang, ikan tongkol, ikan kakap, ikan tenggiri, ikan kerapu, ikan baronang, ikan hias, dan cumi-cumi.

Mantan Kepala Dinas Kesbangpol Sultra ini mengatakan, selain sejumlah hasil ikan tersebut, laut Sultra juga potensial untuk pengembangan rumput laut.  Seluruh wilayah Sultra yang memiliki laut meliputi Konawe, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Buton Utara, Buton, Buton Selatan, Buton Tengah, Muna, Muna Barat, Bombana dan Kolaka memiliki potensi untuk pengembangan rumput laut.

Total produksi rumput laut di seluruh wilayah Sultra diperkirakan mencapai 146.856 ton per tahun. Jumlah ini berasal dari lahan produksi seluas kurang lebih 12.238 hektar. Angka ini didapat dengan asumsi tingkat produksi rata-rata 3 ton per hektar per tanam dengan jumlah tanam rata-rata 4 kali per tahun. Rumput laut jenis Eucheuma Cottoni merupakan yang mendominasi dibudidayakan warga.

Pj Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu mengatakan, berdasarkan data Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) data ekspor perikanan Sultra tahun 2018 sebesar 1.336 ton terdiri dari gurita, vaname, cakalang, sotong dengan nilai ekspor Rp37,5 miliar dan meningkat di tahun 2019 menjadi 1.534 ton dengan nilai ekspor Rp96,2 miliar.

“Sampai Triwulan II tahun 2020 ekspor perikanan Sulawesi Tenggara sudah mencapai 700 ton, dengan nilai Rp67 miliar. Tujuan ekspor yaitu AS, Jepang, Singapura, dan UE,” katanya.

Data lalu lintas komoditas perikanan Sultra tahun 2018 sebesar 31.941 ton terbagi domestik 30.605 ton dan ekspor 1.336 ton, dan mengalami penurunan di tahun 2019 yaitu 28.096 ton terbagi domestik 27.338 ton dan ekspor 758 ton.

“Akan tetapi untuk jenis benih bening lobster sejak diberlakukannya Permen 12/KP/2020, Sultra yang memiliki potensial jenis lobster mutiara dan pasir ikut andil berkontribusi dalam pengiriman domestik yang kemudian berujung ekspor ke Vietnam, terhitung sudah sekitar 15 perusahaan eksportir yang datang ke Sultra dan tertarik akan potensi tersebut,” katanya.

Sebelumnya, Gubernur Sultra, Ali Mazi pada pertengahan Agustus 2020 lalu juga telah mengingatkan potensi perikanan dan keluatan ini. Besarnya potensi ini membuat Gubernur Ali Mazi juga mengingatkan para generasi muda Sultra mengenai peluang lapangan kerja baru.

“Sumber daya ini merupakan harapan yang jika dikelola dengan baik akan berkelanjutan,” katanya.

error: Dilarang Keras Copy Paste!