Posisinya yang berada di atas permukaan laut, menampilkan kesan elegan. Memiliki empat menara, pengunjung akan langsung teringat ikon Burj Al Arab. Dua menara dengan dominasi warna biru dan putih yang menghiasi sudut masjid, mirip bangunan menara setinggi 321 meter yang berdiri megah di Dubai.
Jika mengamati lebih jeli saat berkunjung, bagian kubah utamanya menggunakan sistem buka tutup. Kubahnya, menurut Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul, didatangkan langsung dari Jerman. Bahkan, negara ini, pernah menjadi tempat konsultasi pembangunan kubah Masjid Istiqlal di Jakarta.
Baca Juga
Kubah utama, dengan bentuk dasar setengah lingkaran dengan sistem buka tutup menyerupai kelopak bunga. Jumlahnya, sebanyak delapan unit. Bukan tanpa makna, angka ini merupakan simbol konsep Islam dan konsep lokal pahlawan Halu Oleo.
Posisi Masjid Al Alam di tengah Teluk Kendari, bisa disejajarkan dengan Masjid Al Rahma di Jeddah atau Masjid Malaka di Malaysia. Kemegahannya juga bisa disamakan dengan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei Darussalam atau Masjid Bandaraya Kinabalau Malaysia yang sama-sama berdiri di atas permukaan laut.