Menekankan ketelitian kerja timnya, ia melanjutkan bahwa studi ilmiah terperinci dilakukan untuk membuktikan bahwa artefak tersebut benar-benar ada di situ.
“Kritik tersebut telah mendorong kami untuk mengadopsi teknologi dan metodologi ilmiah paling modern yang tersedia di dunia, yang telah sepenuhnya mendukung temuan kami, dan hasilnya telah dipublikasikan sebagai makalah penelitian di jurnal internasional terkemuka,” sebutnya.
Bukti-Bukti Buatan Manusia
Dan memang, para ahli lain telah memvalidasi setidaknya beberapa kesimpulan yang ditarik. Berbicara kepada publikasi Frontline pada 2002, pegawai negeri sipil India dan pakar aksara Indus kuno terkemuka India, Iravatham Mahadevan, mengakui bahwa foto sonar mengungkapkan struktur yang kemungkinan besar dibangun oleh manusia.
“Pertama, ada serangkaian kotak yang Badrinaryan dan rekan-rekan ilmuwannya tafsirkan sebagai pemukiman dalam pola kisi-kisi. Saya bukan seorang arkeolog, apalagi arkeolog bawah air. Tetapi tetap saja, sulit membayangkan serangkaian area alas persegi, dengan struktur seperti kisi-kisi, yang membentang sejauh beberapa kilometer terjadi di alam,” kata Mahadevan.
“Sekali lagi, ada struktur persegi panjang panjang dengan sesuatu yang mirip dengan tangga yang mengarah ke bawah, yang jelas buatan manusia,” yakinnya.
Baca Juga
Namun, jika berbicara mengenai banyak artefak, termasuk batu-batu berharga, Mahadevan dan yang lainnya sepakat bahwa benda-benda ini bisa saja terhanyut dari tempat lain.
Mungkin bukti yang paling kontroversial adalah berupa sepotong kayu. Benda ini telah diberi tanggal karbon dan diperkirakan berusia 9.500 tahun, sehingga digunakan oleh banyak ahli untuk menentukan usia seluruh situs. Namun, pakar Indus lainnya bernama Akso Parpola dari University of Helsinki, menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan kunci perlu diajukan di sini.
Dalam wawancara terpisah dengan Frontline dia berkata, “Pertama, dapatkah usia kayu yang ditemukan di bawah laut dihubungkan dengan kekunoan situs tersebut? Kedua, apakah satu bukti ini cukup untuk menyimpulkan kekunoan situs tersebut? Ketiga, apakah situs bawah laut merupakan konteks yang aman untuk mengukur kekunoan situs tersebut?”
Ia kemudian mempertanyakan, apakah penanggalan karbon radio (yang digunakan dalam kasus ini) dan termoluminesensi (yang akan digunakan untuk tembikar yang ditemukan di situs tersebut) memberikan penanggalan yang dapat diandalkan untuk periode kuno?
“Saya telah melihat beberapa material menarik yang tampaknya hanya terdapat di tempat ini, tidak di daerah sekitarnya. Namun masalah dengan lokasi ini adalah pengaruh pasang surut yang sangat kuat dan pasirnya terus bergeser. Jadi ketika kita menemukan objek datar di sini, menurut saya sangat mungkin bahwa perataan ini terjadi karena aktivitas pasir hingga erosi oleh pasir,” ujarnya.
Meskipun ada skeptisisme dari orang-orang seperti Parpola dan Mahadevan, banyak orang yang menyambut penemuan ini dengan gembira. Pembuat film dokumenter Netflix ‘Ancient Apocalypse’ yang kontroversial, Graham Hancock, menegaskan bahwa bukti-bukti yang ada cukup kuat.
"Para ahli kelautan menemukan bahwa mereka berhadapan dengan...