Peragaan Kenzo dan Issey Miyake di Paris Fashion Week juga diwarnai pilihan rok atau dress. Desainer JW Anderson turut menyertakan rok untuk koleksi terbarunya yang dipresentasikan di Paris Fashion Week.
Sejarah pria memakai bawahan seperti rok sebenarnya bisa dirunut ke belakang hingga masa kerajaan Romawi dan Yunani kuno. Namun, secara perlahan rok mulai ditinggalkan oleh para pria sebagai pakaian sehari-hari.
Puncaknya pada abad ke-18 atau saat Revolusi Industri terjadi. “Kain panjang yang melambai tidak cocok dengan pekerjaan yang melibatkan mesin bertenaga cepat,” kata Carl R. Friend, admin Master Barista, sebuah forum online bagi pria yang suka memakai rok, kepada CNN Style.
Baca Juga
Gejolak politik yang terjadi di Prancis karena Revolusi Prancis, tambah Carl, turut ambil andil. Para pria Prancis, khususnya dari kalangan elite, yang dikenal punya selera gaya flamboyan tiba-tiba ‘hijrah’ ke pakaian yang lebih praktis dan sarat simbol nasionalisme dalam pilihan warna.
Beberapa tahun terakhir, rok untuk pria secara perlahan menunjukkan eksistensinya. Selebriti pria seperti Harry Styles mengukir sejarah sebagai pria pertama yang dipotret dalam balutan rok untuk sampul majalah Vogue dua tahun lalu meski penampilannya sempat memicu perdebatan soal identitas gender. Kontroversi tersebut nyatanya tak mengurunkan pula niat Jefri Nichol untuk bersolek dengan rok dan gaun di Indonesia.
Ide pria menggunakan rok mungkin masih terasa asing di Indonesia. Namun, Indonesia sudah mengenal konsep pria bersarung sejak lama. Euforia tren rok pria mungkin bisa kita manfaatkan untuk mempopulerkan lagi gaya ‘sarungan’ sebagai salah satu upaya melestarikan wastra Nusantara.
