“Karena ini bukan tentang saya, anda, dia, seseorang, atau tentang bagaimana membangun dinasti di daerah ini, tetapi tentang Sultra kita bersama, dan generasi kita berikutnya. Silahkan saja kalau ingin menjadi pemimpin di daerah yang kita cintai ini, karena setiap orang punya hak untuk itu, tetapi jangan juga terlalu ‘Mangoa’ kata orang Tolaki,” beber sutradara 8 Warrior, Cinta dan Tanah Air ini.
“Hanya mengandalkan nafsu kekuasaan, dan sibuk menjaga dinastinya, tetapi lalai membenahi, dan mempantaskan diri untuk menjadi nahkoda Sultra ke depan. Karena kalau dirinya saja ia khianati dan tidak mampu untuk jujur bahkan untuk hal-hal kecil, apalagi terhadap orang lain dan masyarakat Sultra,” imbuhnya.
Saatnya Sultra berbenah. Masyarakatnya belajar lebih kritis lagi dalam memilih pemimpin, tidak mudah termakan janji, memilih dengan hati, serta pikiran yang jernih bukan karena alasan yang remeh, dan sebisa mungkin mencegah para pemelihara dinasti kekuasaan demi pemerataan.
Baca Juga
Diakhir pernyataannya, Jaya ingatkan jika Sultra dipimpin orang yang salah, maka salah satu daerah terkaya ini, akan begini-begini saja, di mana yang menikmati sumber daya alam Sultra yang melimpah, hanya para pemimpinnya beserta dinastinya, rekanan, dan pihak luar.
Reporter. Wayan Sukanta