Saya dicoba tiga bulan, dan ternyata ada perkembangan. Saya akhirnya bisa gratis latihan,” kenang Ani.
Dari sinilah kariernya meroket. Ia mendadak jadi bintang, khususnya di tingkat junior. Sayang, kala sedang menunju sukses, Apriani harus kehilangan Omande.
Kala itu, November 2015 lalu, saat Ani sedang mengikuti Kejuaraan Dunia Junior di Peru, sang ibu meninggal dunia.
Kini, Apriani/Greysia sudah di final Olimpiade. Satu langkah lagi, keduanya akan kembali menoreh sejarah. Mereka nanti bakal berhadapan dengan ganda kuat asal China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Saya tak lagi peduli, mau emas atau perak yang bakal diraih, toh Apri/Polii sudah membuat saya bangga jadi orang Indonesia. Pasangan beda usia 10 tahun ini telah memberi contoh soal daya juang, mental kuat, kekompakan dan juga teknik tinggi kala bermain.
Baca Juga
Dari surga, Sitti Jauhar, ibunda Apriani pasti berharap agar si bungsu bisa pulang ke Indonesia berkalung medali emas Olimpiade. Dari sudut kampung Lawulo di Kecamatan Anggaberi, Konawe, bakal ada kiriman doa dari warganya agar bintang mereka, bintang Indonesia bisa memungkasi Olimpiade dengan emas.
Saya ingat omongan mantan Menpora Adhyaksa Dault.
“Indonesia Raya itu bisa berkumandang diluar negeri hanya ada dua momentum. Pertama saat ada kunjungan kenegaraan, kedua saat atlet berprestasi Internasional,”.