METROKENDARI.COM – Di tengah gelapnya malam pesisir Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kelurahan Anaiwoi, Kecamatan Tanggetada, Sabtu, 28 September 2024, terjadi aksi dramatis yang tak terduga.
Tim dari Subdit Gakkum Ditpolairud Polda Sultra, yang rutin melakukan patroli di perairan Kolaka, tiba-tiba menemukan sebuah rumah yang mencurigakan.
Apa yang mereka temukan selanjutnya memicu adrenalin, aktivitas perakitan bom ikan di dalam rumah, lengkap dengan bahan-bahan peledak mematikan yang siap digunakan.
Pada pukul 23.30 WITA, suasana tenang di pesisir Anaiwoi berubah tegang ketika polisi menemukan dua pemuda, FR (15) dan IK (17), yang diduga kuat terlibat dalam pembuatan bom ikan.
Namun, ketegangan semakin memuncak ketika Faisal, pelaku utama, memilih jalan nekat—melarikan diri melalui jendela dapur rumahnya, melompat ke perairan yang gelap untuk menghindari penangkapan.
Tim Subdit Gakkum yang sudah siap dengan segala risiko kemudian memeriksa rumah Faisal. Apa yang ditemukan di dalamnya membuat seluruh tim terkejut, dua karung pupuk yang telah dihaluskan, 9 jerigen kosong, 2 jerigen berisi pertalite, serta detonator dan dopis—semua barang bukti yang mengarah pada upaya perakitan bom ikan.
Peralatan yang disita tak hanya menandakan ancaman bagi ekosistem laut, tetapi juga berpotensi mengancam keselamatan nelayan dan masyarakat pesisir.
Kedua remaja yang masih di bawah umur, FR dan IK, tak berkutik ketika digelandang oleh petugas.
Mereka hanya bisa tertunduk ketika puluhan barang bukti lainnya, termasuk 5 ikat korek kayu, 2 pasang sepatu selam, dan sebuah jaring besar, diamankan.
Baca Juga
Operasi tersebut tak hanya memeriksa rumah Faisal, tim juga bergerak cepat menuju rumah Arfa alias Arre di Kecamatan Watubangga, di mana barang bukti tambahan ditemukan.
Modus operandi yang dilakukan oleh para pelaku adalah salah satu metode perburuan ikan yang paling merusak—menggunakan bahan peledak untuk menghancurkan ekosistem bawah laut dalam waktu singkat.
Aktivitas ilegal ini tak hanya mengakibatkan kerugian ekologis yang besar, tetapi juga mengancam keberlanjutan ekonomi masyarakat yang bergantung pada hasil laut.
Tindakan penegakan hukum terhadap pelaku bom ikan ini menjadi sinyal kuat bahwa aparat keamanan di Sulawesi Tenggara tidak akan berkompromi terhadap tindakan ilegal yang merugikan ekosistem dan kehidupan nelayan.
Dir Pol Airud Kombes Pol Faisal Napitupulu S.I.K.,M.H menyampaikan keprihatinannya atas kasus ini, seraya menegaskan pentingnya menjaga kelestarian laut untuk generasi mendatang.
“Tindakan seperti ini tak hanya menghancurkan laut kita, tetapi juga masa depan anak-anak kita yang hidup dari laut,” ujar Kombes Pol Faisal.
Dalam penggerebekan ini, meskipun Faisal berhasil melarikan diri, polisi tidak menyerah. Upaya pencarian terhadapnya terus dilakukan.
Berbekal informasi dari masyarakat sekitar, tim Subdit Gakkum yakin dapat segera menangkap Faisal yang kini menjadi buron.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa mereka merakit bahan...