Konawe Utara – Masyarakat nelayan di Desa Boedingi, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), terancam kehilangan mata pencaharian.
Hal itu disebabkan sejak adanya pembangunan pelabuhan perusahaan tambang PT. Bumi Sentosa Jaya (BSJ), d sekitar Desa tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Explor Anoa Oheo, Ahsari. Dari hasil investigasinya ditemukan, kondisi air laut di Desa Boedingi kini berubah warna menjadi keruh akibat tercemar pertambangan.
Selain itu, Ahsari juga menemukan fakta-fakta di lapangan dan menyaksikan langsung di lokasi bahwa disana memang ada serong puto Hatta serta aktifitas pembangunan jety dan tempat stokfile Ore.
“Saya cek dan periksa tiang kayu serong nya sudah mulai lapuk menandakan memang sudah sejak lama serong itu di bangun. Kalau jety PT. BSJ itu baru di bangun karena setahu saya BSJ dulu pengapalan masih pakai iup perusahaan tetangga,” ungkapnya kepada metrokendari.com, Sabtu (10/9/2022).
Baca Juga
Bukan tanpa alasa, Ahsari sengaja turun langsung melakukan investigasi tersebut bertujuan untuk membuktikan pernyataan Direktur PT BSJ dipemberitaan yang membantah adanya pencemaran laut.
“Makanya kami team eXplor Anoa Oheo turun investigasi ke lapangan ingin membuktikan klarifikasi pihak perusahaan di salah satu media online pada 30 Juli 2022 lalu. Itu alibi perusahaan sama saja pernyataan sesat,” ucap Ahsari.
Pengurus Himpunan Pengusaha Tolaki Indonesia (HIPTI KONUT) ini mendapat kabar jika pemilik dari PT BSJ itu disebut-sebut memiliki jaringan yang kuat sehingga pertambangan miliknya kuat.
“Saya semakin tertantang melawan bentuk kesewenangan PT. BSJ. Iya katanya punya pangkat, informasinya kuat sampai muncul istilah TB 1. Saya tidak mengerti istilah apa yang mereka maksud itu, setahu saya mungkin TB 1 itu nama salah satu tagboat yang punya kekuatan menarik tongkang bermuatan berton-ton material Ore. Ya jelas kuat lah,” bebernya.
Lanjut Ashari, ia meminta agar Dinas Perizinan (PTSP),...